Ujian Nasional Diqurbankan

ujian nasional (un), sebuah kontroversi, apalagi setelah putusan mahkamah agung diumumkan kemarin (berita selengkapnya disini), ujian nasional semakin hangat dibicarakan. terutama di kalangan siswa kelas 9 smp dan kelas 12 sma.
aku semalam lihat beritanya, dengan tema: perlukah un? hmmm, ada yang jawab masih perlu dan ada yang jawab sebaliknya, tidak perlu dilaksanakan lagi. beberapa berita menguatkan opini masyarakat agar un ditiadakan, misalnya beberapa anak yang divonis tidak lulus sekolah sampai histeris seperti kerasukan (guling-guling dilantai, terus berdiri, duduk lagi, sambil teriak-teriak, tak seorang pun bisa mencegahnya). lalu, ada lagi yang membakar sekolahnya sendiri karena dinyatakan tidak lulus. miris memang. berita lain masih persoalan un adalah tentang kecurangan-kecurangan pelaksanaan un, ini juga jadi alasan sebaiknya un ditiadakan, karena kecurangan tersebut diindikasi mampu membentuk karakter anak didik menjadi tidak baik. yah, kecurangan, walaupun pun aku belum pernah melihat atau mengalami secara langsung, tapi ini sudah jadi rahasia umum, tidak bisa dipungkiri lagi. oknum guru, yang memikirkan maratabat sekolahnya, mau menghalalkan segala cara. bimbel (bimbingan belajar) pun tak kalah, telah terlanjur mengaransi pesertanya (yang ikut bimbel) lulus un, mereka juga melakukan kecurangan, membagikan kunci jawaban un. seperti sudah aku bilang, ini sudah jadi rahasia umum.
kalau menurutku, tak mengapalah un tetap dilaksanakan, tapi un jangan dijadikan sebagai patokan kelulusan siswa. tiga tahun masa belajar, tapi tiga hari penentuan kelulusan. adilkah ini? untuk apa rapor, kalau itu tidak dipertimbangkan? guru yang mengajar kita selama tiga tahun yang lebih tahu layak tidaknya kita lulus. dan kalau masalah kecurangan, sebaiknya pendidik berlaku professional, jangan tergoda untuk curang, hanya karena ingin instansinya dipandang bermutu, lulus 100%, menghalalkan segala cara (memegang pribahasa “banyak jalan ke negeri roma”). hmmm, ini hanya pendapatku. ohya bagaimana kalau memutuskan ditiadakannya un atau tidak, dilakuakn jajak pendapat? pada siswa-siswa se-indonesia dan guru-guru serta pengamat pendidikan. kalau misalnya masalah timor-timur dulu bisa dilakukan jajak pendapat, mengapa ini tidak?
well, kawann-kawanku kelas 9 dan kelas 12 atau siapapun lah, siswa-siswi Indonesia, walaupun ada tanda-tanda un ditiadakan tahun ini, tapi kita tetap bersiap diri ya! ya, siapa tahu kan ntar gimana. :)
ohya, yang terakhir, besempena hari raya idul adha 1430 H, aku mengucapkan:
“happy adha mubarak 1430 H!”
semoga ini dapat menyadarkan kita untuk saling membantu dan berbagi (tapi bukan di un atau ulangan-ulangan, hehehe)

1 celotehan:

Nova Imoet said...

selalu aj ada masalah setiap uan..
met hari raya idul adha...

Post a Comment